Keterisolasian
Pulau Madagaskar menghasilkan negeri dengan kekayaan hayati yang menabjubkan.
Kini, tekanan jumlah penduduk dan kekacaun politik mempercepat penjarahan kayu
sonokeling, mineral, dan permatanya.
Madagaskar
adalah sebuah pulau keempat
terbesar di dunia. Luasnya lebih dari 585.000 kilometer persegi, tetapi tetap saja sebuah pulau. Sekitar 90 persen flora dan faunanya tak ditemukan di tempat lain di planet ini. Madagaskar memiliki pepohonan baobab berbentuk wortel yang bagaikan berda di luar angkasa, lemur cengkedi, dan hutan menara batu yang menjulang dapat membuat pengunjung yang paling sering berpetualang sekalipun takjub melihatnya.
terbesar di dunia. Luasnya lebih dari 585.000 kilometer persegi, tetapi tetap saja sebuah pulau. Sekitar 90 persen flora dan faunanya tak ditemukan di tempat lain di planet ini. Madagaskar memiliki pepohonan baobab berbentuk wortel yang bagaikan berda di luar angkasa, lemur cengkedi, dan hutan menara batu yang menjulang dapat membuat pengunjung yang paling sering berpetualang sekalipun takjub melihatnya.
Rusaknya
madagaskar dikarenakan berbagai kelompok konglomerasi memiliki sebagian besar hak
eksplorasi dan tambang emas, nikel, kobalt, dan safir. Perusahaan yang memulai
eksplorasi minyak lepas pantai dalam di Madagaskar beberapa tahun lalu.
Beberapa pembuat gitar terbaik Amerika telah lama menggunakan kayu hitam
Madagaskar yang langka untuk pembuatan leher gitar mereka. Penjualan hewan –
hewan eksotis yang di lakukan oleh pemburu membuat hewan – hewan itu menjadi
tambah langka.
Di
Taman Nasional di Madagaskar, pembalak liar dapat menebang 200 kayu
sonokeling perhari di taman itu dengan mudahnya. Untuk dijual dengan harga enam puluh
ribu rupiah ke eksportir sedangkan eksportir menjual kayu itu dengan harga
puluhan juta rupiah.
Para
pekerja mencari safir di dekat Ilakata, kota yang berkembang pesat sejak
permata itu ditemukan pada 1998. Galian mereka tampak seperti lingkaran
penampang batang pohon, daerah ini dulunya memproduksi sepertiga safir dunia,
namun ekspor saat ini menurun tajam.
Sumber: National Geographic
No comments:
Post a Comment